Analisis Puisi 'Sajak' Karya Sanusi Pane
Puisi yang berjudul 'Sajak' menjadi salah satu contoh puisi yang dibahas dalam buku teks pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII dalam Kurikulum 2013 (K13). Bersama dengan puisi-puisi karya penyair lain, Puisi krya Sanusi Pane yang berjudul 'Sajak' ini juga dianalisis, menjadi contoh soal.
Memang, dalam memahami segala sesuatu, salah satunya adalah puisi, siswa perlu diberi pertanyaan-pertanyaan yang merangsang rasa ingin tahu siswa. Jika sudah tumbuh rasa ingin tahu, maka akan mengenal kemudian memahami puisi. Dalam hal ini, yang hendak dianalisis untuk dikenal dan dipahami adalah puisi Sajak karya Sanusi Pane.
Sebelum kita masuk ke dalam pembahasan dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang Sajak-nya Sanusi Pane, lebih baik kita baca dulu puisi tersebut.
Foto Sanusi Pane - Pengarang Puisi 'Sajak' | Sumber Gambar: Wikipedia |
Perlu diketahui bahwa, penulisan puisi Sajak dalam buku siswa pelajaran Bahasa Indonesia yang sudah direvisi tahun 2017, masih kurang sempurnya. Secara tipografi, bait dalam puisi tersebut tidak dipisahkan, sehingga kesulitan bagi siswa untuk memahami dan membedakan mana baitnya.
Maka dari itu, dalam tulisan ini, kutipan puisi 'Sajak' diambilkan (dikutipkan) dari referensi lain, selain buku teks pelajaran Bahasa Indonesia. Berikut ini adalah puisi 'Sajak' Sanusi Pane yang dikutip dari sepenuhnya.com:
Sajak (I)
Di mana harga karangan sajak,
Bukanlah dalam maksud isinya,
Dalam bentuk, kata nan rancak,
Dicari timbang dengan pilihnya.
Tanya pertama keluar di hati,
Setelah sajak dibaca tamat,
Sehingga mana tersebut sakti,
Mengikat diri di dalam hikmat.
Rasa bujangga waktu menyusun
Kata yang datang berduyun-duyun
Dari dalam, bukan nan dicari.
Harus kembali dalam pembaca,
Sebagai bayang di muka kaca,
Harus bergoncang hati nurani.
Sajak (II)
O, bukannya dalam kata yang rancak,
Kata yang pelik kebagusan sajak.
O, pujangga, buang segala kata,
Yang kan cuma mempermainkan mata,
Dan hanya dibaca selintas lalu,
Karena tak keluar dari sukmamu.
Seperti matari mencintai bumi,
Memberi sinar selama-lamanya,
Tidak meminta sesuatu kembali,
Harus cintamu senantiasa.
1931
Dari kutipan puisi 'Sajak' di atas dapat diketahui bahwa sebenarnya, Sanusi Pane menulis dua bagian puisi 'Sajak'. Ada Sajak I ada juga Sajak II. Berdasarkan kutipan di atas pula, dapat kita ketahui bahwa puisi tersebut ditulis 14 tahun sebelum Indonesia merdeka.
Adapun yang terdapat dalam buku pelajaran bahasa Indonesia adalah Puisi 'Sajak (I). Maka yang akan dibahas dalam artikel ini sebatas pada 'Sajak (1)'.
Nah, untuk bisa memahami puisi tersebut kita bisa berlatih dengan menjawab pertanyaan di bawah ini.
2. Jawablah pertanyan-pertanyaan berikut!
a. Puisi "Sajak" terdiri atas berapa larik dan berapa bait?
b. Apa arti sajak dalam puisi tersebut? Bagaimana amanat yang ingin disampaikan penyair dalam puisi "Sajak"?
c. Menurut sang penyair, sajak itu harus menggoncang hati nurani pembacanya. Setujukan Anda dengan pendapat tersebut? Jelaskan alasan-alasannya!
d. Bagaimana pernyataan-pernyataan penting penyair tentang sajak di dalam puisinya itu? Jelaskan secara naratif!
Berikut ini jawaban untuk masing-masing soal di atas dalam bentuk penjelasannya yang panjang dan lengkap. Untuk jawaban singkat tentang pertanyaan di atas, dapat dibaca dalam: Jawaban Singkat Pertanyaan Tentang Puisi Sajak Karya Sanusi Pane.
Larik dan Bait Puisi 'Sajak' Karya Sanusi Pane
Jumlah keseluruhan larik puisi 'Sajak' ada 4. Masing-masing terbagi dalam 4 bait. Dengan rincian. Bait pertama dan kedua terdiri dari 4 larik. Bait ketiga dan keempat masing-masing terdiri dari 3 larik. Dengan demikian, dapat dijawab bahwa lariknya ada 14 dan baitnya ada 4.
Arti Sajak dan Amanat yang Disampaikan Penyair
Sajak dalam puisi tersebut adalah 'Karya Puisi'. Dibuktikan dengan baris yang terdapat pada larik pertama bait pertama. Lebih umum, 'Sajak' bisa diartikan sebagai karya yang luas. Semua jenis karya.
Amanat yang disampaikan oleh penyair dalam puisi 'Sajak' antara lain:
Dalam berkarya jangan hanya kulitnya saja yang diperindah. Tapi isi dan maksud tujuannya.
Dalam membaca karya sastra, khususnya puisi, pembaca harus sadar dan menempatkan diri sebagai pihak yang dituju makna puisi tersebut.
Sajak Harus Menggoncang Hati Nurani Pembacanya
Saya setuju dengan pendapat dan ide penyair yang demikian. Alasannya, sebuah karya sastra lebih spesifik lagi puisi, harus mampu menyentuh perasaan pembacanya. Bukan sekadar berisi kata-kata indah tapi juga memiliki makna yang dalam pula. Dengan demikian, akan 'menggoncang hati nurani'. Maksud kata 'menggoncang' adalah menyentuh hati. Menyentuh perasaaan pembaca. Agar menjadi manusia yang lebih baik toleran.
Pernyataan Penting Penyair dalam Puisi 'Sajak' Karya Sanusi Pane
Secara naratif (bercerita) pernyataan penting Sanusi Pane dala Puisi 'Sajak' bisa dijelaskan sebagai berikut:
Sebuah sajak tidak hanya berisi kata yang bagus dan enak didengar, tapi juga harus dipertimbangkan pilihan katanya karena pasti akan memiliki makna yang berbeda.
Setelah membaca sajak, orang pasti akan berpikir seberapa kuat sajak yang telah dibaca. Apakah bisa diambil hikmah (pelajaran) dari sajak yang telah dibaca.
Seorang penyair tidak menyusun kata kering makna, tapi muncul dari dalam hari.
Dengan demikian, pembaca akan tersentuh perasaannya. Seakan-akan ketika membaca sebuah sajak, pembaca akan merasa bercermin.
Demikian penjelasan arti dan makna puisi 'Sajak' karya Sanusi Pane. Semoga bisa memberikan gambaran dan penjelasan yang memadai, meskipun masih sangat sederhana.